Selasa, 04 Oktober 2011

NUMPANG NAMPANG DI MOBIL IMUT HASIL KARYA GURU SMK DI TANJUNGPINANG

Tujhe Yaad Na Meri Aayee (complete)

TUGAS KELOMPOK V BELAJAR JARAK JAUH


BAB III
PROSES PEMBELAJARAN MAHASISWA
PENDIDIKAN TINGGI JARAK JAUH
___________________________________________________________       I.G.A.K Wardani

A.       PENGANTAR
Dalam Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidkan jarak jauh sudah diakui sebagai salah satu bentuk pendidikan. Namun masih banyak masyarakat belum bisa menerima sistem pembelajaran jarak jauh tersebut. Masih banyak yang belum paham akan sistem pendidikan jarak jauh, sehingga muncul suara- suara miring tentang pendidikan jarak jauh khususnya di tingkat pendidikan tinggi. Ada anggapan bahwa untuk menempuh pendidikan jaraj jauh hanya perlu registrasi, membeli bahan ajar, dan ujian, sedangkan proses pembelajaran yang merupakan mata rantai jantung pendidikan seolah dilupakan.
Pada Pembelajaran Tinggi Jarak Jauh (PTJJ) peserta didik mempunyai otonomi penuh atas proses belajarnya,diantaranya:
1.      peserta didiklah yang menentukan apakah proses belajar terjadi atau tidak
2.      apakah kemampuan yang seharusnya dikuasai sudah benar terkuasai secara mendalam,
3.      kapan harus belajar dan bertemu dengan teman-temannya,
4.      kapan harus berkonsultasi dengan dosen dan lain-lain.
Hal tersebut diatas dinamakan pebelajar mandiri (independent learner) yang merupakan aspek esensial dalam pembelajaran PTJJ.
Peran pengelola pendidikan jarak jauh adalah menyediakan layanan belajar, seperangkat bahan ajar,dan pedoman yang memberi arah bagi peserta didik dalam melalui proses belajarnya. Simpson (2000) menyebut layanan tersebut sebagai bantuan belajar, yang bersifat akademik dan non akademik.
Dari uraian di atas, pembelajaran di PTJJ dapat di defenisikan sebagai pembelajaran yang berlangsung secara jarak jauh karena terpisahnya pendidik dan peserta didik, mempersyaratkan kemandirian peserta didik, serta di dukung oleh layanan belajar yang memadai.  Seseorang dapat dikatakan mengikuti pembelajaran jarak jauh jika telah memenuhi 3 (tiga) aspek  yaitu :
a.    keterpisahan pendidik dan peserta didik
b.    kemandirian
c.     layanan belajar.
Hakikat pembelajaran di PTJJ mempunyai fungsi yang sangat penting yaitu:
a.      menjadikan mahasiswa sebagai pebelajar mandiri dan sepanjang hayat, yang merupakan salah satu aspek dalam tujuan utuh pendidikan nasional.
b.      memberikan kesempatan mengikuti pendidikan formal bagi warga Negara yang tidak mungkin mengikuti pendidikan tatap muka dalam arti PTJJ berperan dalam memeratakan kesempatan belajar bagi seluruh warga Negara.
c.       memfasilitasi terbentuknya kemampuan mandiri dalam arti peserta didik harus mampu menjadi manajer bagi proses belajarnya.
B.        Modus Pembelajaran PTJJ
Tutorial menurut Holmberg (1995) dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu (1) tutorial jarak jauh, (2) tutorial pelengkap yang merupakan konsultasi personal secara terjadwal di pos belajar, (3) tutorial residensial atau tatap muka yang terpusat untuk mata kuliah tertentu. Dari modus penyelenggaraan, layanan belajar (tutorial) di bagi dua, yaitu jarak jauh dan tatap muka.
1.    Layanan belajar Jarak Jauh
Taylor (2003) mengungkapkan komponen teknologi layanan jarak jauh dari generasi ke generasi, tanpa menyentuh kemungkinan adanya pertemuan tatap muka. Perkembangan pendidikan jarak jauh dari generasi satu ke generasi kelima digambarkan bergerak dari: model korespondensi–ke model multimedia–ke model belajar tele/jarak jauh (telelearning) –ke model belajar fleksibel–sampai ke model belajar fleksibel berintelegensi.


Jenis-jenis layanan belajar jarak jauh dapat di kelompokkan dan di deskripsikan  :
a.         Layanan belajar secara tertulis yang di sampaikan melalui korespondensi.
 Bahan ajar berupa cetak berbentuk modul dirancang secara khusus sehingga mahasiswa dapat mengatur cara dan kecepatan belajarnya serta menilai pencapaiannya secara bertahap. Mahasiswa di minta mengirimkan tugas-tugas atau laporan ke alamat yang sudah di tetapkan. Pertanyaan dari mahasiswa dan respon dari pendidik di sampaikan melalui korespondensi.
b.        Layanan belajar melalui Multimedia
Bahan ajar cetak dilengkapi dengan multimedia, seperti kaset audio, kaset video, Pembelajaran Berbantuan Komputer (PBK) atau media lainnya.
c.         Layanan belajar secara tersiar, baik melalui radio maupun televisi (TV)
Layanan belajar dalam berbagai bentuk, seperti penjelasan materi tertentu, pengumuman berbagai kegiatan, pembahasan tugas, atau kiat-kiat belajar tertentu disiarkan melalui radio dan televisi. Berdasarkan tayangan tersebut, mahasiswa dapat mengajukan pertanyaan, baik melalui telephone maupun secara tertulis untuk di jawab atau di bahas  pada siaran berikutnya. layanan secara tersiar di berikan karena kelompok mahasiswa ini tidak mungkin mengikuti secara penuh tutorial tatap muka yang di wajibkan (mahasiswa Program penyetaraan D II PGSD Daerah tepencil kerjasama antara UT dan PUSTEKKOM).
d.        Layanan belajar melalui telepon
Layanan ini memberi kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan kontak dengan para pendidik/dosen melalui telepon, sesuai dengan kesepakatan. Secara lebih luas layanan melalui ini dapat dimanfaatkan sebagai “konferensi tele audio” , yang melibatkan sekelompok mahasiswa yang ingin berdialog dengan dosen/pendidiknya. Layanan ini tidak mempunyai fleksibilitas waktu, tempat, dan kecepatan sehingga perencanaan dan pelaksanaan layanan seperti ini memerlukan kesepakatan dan perhatian khusus baik dari pihak pengelola PTJJ maupun dari mahasiswa.

e.         Layanan Belajar Online
Layanan dapat di berikan mencakup layanan akademik dan non akademik.  Melalui  internet yang berbasis web, para mahasiswa dapat mengakses berbagai layanan yang di sediakan oleh penyelenggara PTJJ.
Rambu-rambu yang harus di penuhi oleh layanan belajar agar mampu membuat mahasiswa belajar, yaitu berinteraksi dengan sumber belajar :
a.    Memberikan petunjuk yang jelas tentang kompetensi yang harus di kuasai, yang bermanfaat bagi mahasiswa sehingga menimbulkan motivasi bagi mahasiswa untuk menguasai kompetensi tersebut.
b.    Mencerminkan keakraban dan kehangatan, seperti sapaan dan penguatan sehingga mahasiswa termotivasi untuk mengerjakan atau mengikuti petunjuk yang di berikan.
c.    Mendeskripsikan pengalaman belajar yang harus dilakukan mahasiswa untuk menguasai kompetensi tersebut.
d.    Jenis materi, media, serta fasilitas lain yang di perlukan dalam setiap pengalaman belajar.  Dimana materi/sumber belajar tersebut dapat di peroleh dan bagaimana memanfaatkannya.
e.    Cara mahasiswa mengetahui tingkat keberhasilan dan tindak lanjut apa yang harus dilakukannya setelah mengetahui tingkat keberhasilan tersebut.

2.    Layanan Belajar Tatap Muka
Layanan belajar tatap muka di benarkan oleh UU No 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional melalui pasal 31, penjelasan ayat 3 yang menyatakan bahwa pendidikan jarak jauh mencakup pengorganisasian tunggal (modus tunggal), atau bersama tatap muka (modus ganda).
Perbedaan layanan tatap muka PTTM dengan PTJJ menurut Simpson (2000) :
a.    Dalam PTJJ bahan ajar dapat diberikan terpisah dari layanan tatap muka, artinya bahan ajar diterima dan di pelajari lebih dahulu sebelum pertemuan tatap muka berlangsung.
b.    Mahasiswa PTJJ terpisah dari teman-temannya dan dari institusi PTJJ sendiri. 
c.    Kualifikasi pendidikan dan kemampuan belajar mahasiswa PTJJ mungkin sangat rendah ketika mereka pertama kali mulai bergabung. Karena PTJJ tidak memberlakukan tes masuk yang secara eksplisit memperyaratkan kemampuan tertentu.
d.    Pertemuan tatap muka merupakan sesuatu yang tidak sering terjadi pada mahasiswa PTJJ, sehingga harus di atur agar tatap muka dapat di manfaatkan secara optimal.
e.    Mahasiswa PTJJ adalah mahasiswa yang “terisolasi”, dalam arti jarang bertemu dengan teman dari program studi yang sama.
f.     Mahasiswa yang mengikuti tutorial tatap muka mengharapkan jauh lebih banyak daripada yang diharapkan oleh mahasiswa PTTM, karena pertemuan tatap muka ini merupakan sesuatu yang istimewa dan mempunyai makna khusus bagi mahasiswa PTJJ baik dari segi akademik maupun sosialisasi.
Dua jenis kegiatan yang dilakukan tutorial tatap muka :
a.      Tutorial yang bersifat Pengkajian Substansi
Tutorial tatap muka ini di fokuskan pada kemampuan peserta didik untuk menguasai substansi materi kuliah yang lebih bersifat kognitif atau yang di sebut Gagne sebagai keterampilan intelektual, karena fokusnya adalah pengkajian, kegiatan tutorial lebih banyak diisi dengan diskusi atau kerja kelompok untuk menerangkan konsep tertentu.
b.      Tutorial yang bersifat Latihan dan Penghayatan.
Fokus tutorial ini pada pembentukan keterampilan serta sikap dan nilai. Tutorial ini dapat  berbentuk pratikum, praktek mengerjakan sesuatu dalam situasi buatan (simulasi) atau mengerjakan sesuatu dalam situasi yang sebenarnya. Mata kuliah untuk kegiatan seperti ini adalah IPA, computer, pendidikan jasmani, sendratasik.
Disamping kedua jenis tutorial tatap muka di atas, perlu di pikirkan layanan belajar yang di sebut konseling, yang merupakan konsultasi antara mahasiswa dan konselor (dosen). Konseling dapat dilakukan dalam bentuk tatap muka individu dan kelompok, jarak jauh koresponden, telepon dan online.
C.        Berbagai Masalah dalam Proses Pembelajaran Jarak Jauh
Masalah besar yang dihadapi  PTJJ adalah bagaimana penguasaan mahasiswa yang terkait dengan keterampilan dan sikap. Bagaimana dapat di yakinkan bahwa PTJJ mampu membentuk kompetensi yang berkaitan dengan keterampilan dan sikap  seperti menulis artikel ilmiah, mampu berbicara di depan umum, mampu membuat alat peraga tertentu, menerapkan keterampilan dasar mengajar di kelas yang sebenarnya, atau membiasakan diri membaca dan menulis bacaan ringan.
Dari masalah tersebut di atas , maka muncul beberapa pertanyaan yang harus di jawab oleh penyelenggara PTJJ :
a.      Mampukah PTJJ menyediakan layanan belajar yang kualitasnya sama dengan pembelajaran tatap muka ?
b.      Bagaimana mungkin PTJJ memberikan kesempatan praktek bagi mahasiswa yang tersebar luas di seluruh pelosok tanah air ?
c.       Bagaimana PTJJ dapat meyakinkan kualitas lulusannya ?
d.      Bagaimana PTJJ dapat menjamin bahwa kualitas kegiatan praktekdapat di kendalikan
e.      Bagaimana PTJJ memberikan layanan belajar bagi mahasiswa yang berada di daerah terpencil dengan jumlah yang sedikit dan tidak mempunyai listrik dan akses komunikasi lain.
Persyaratan tambahan yang harus dipenuhi oleh dosen PTJJ, antara lain:
a.      Mempunyai wawasan yang benar tentang pendidikan terbuka dan jarak jauh
b.      Mempunyai kemampuan berkomunikasi secara tatap muka dan jarak jauh
c.       Mempunyai keterampilan bekerja dengan komputer
d.      Mampu merancang dan menggunakan bermacam media pembelajaran dari yang sederhana sampai ke yang paling canggih
e.      Mampu berkomunikasi lewat internet dan mempunyai akses ke internet



Kemandirian Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh
            Tri Darmayanti
          Samsul Islam
          Asandhimitra
Kondisi belajar pada PJJ memungkinkan seseorang meraih kemampuan intelektual yang lebih baik dari kondisi sebelum ia mengikuti pendidikan, sekaligus tanpa disadari dapat membentuk kemandirian seseorang. Hal inilah yang menjadi alasan PJJ di kaitkan dengan konsep kemandirian.
A.       Konsep kemandirian pada Pendidikan Jarak Jauh
Istilah atau konsep belajar mandiri merupakan istilah yang berkembang pada bidang pendidikan orang dewasa yang di populerkan oleh ahli pendidikan orang dewasa yaitu Knowles (1975) dan Tough (1979). Namun sebelumnya ide belajar mandiri sudah muncul pada zaman Socrates bahkan mungkin sebelumnya. Istilah belajar mandiri di gunakan untuk menjelaskan tentang konsep belajar mandiri yang digunakan sebagi pembeda dengan konsep belajar dengan bimbingan guru.
Defenisi belajar mandiri menurut para ahli :
a.         Knowles (1975), belajar mandiri adalah suatu proses bagi seseorang untuk mengambil inisiatif, baik dengan atau tanpa bantuan orang lain, dalam melakukan diagnosa kebutuhan-kebutuhan belajar mereka, merumuskan tujuan-tujuan belajar, mengidentifikasi sumber-sumber belajar, memilih dan melaksanakan strategi belajar yang sesuai dan mengevaluasi hasil belajar mereka sendiri.
b.         Hiemstra (1998), belajar mandiri dilihat sebagai semua bentuk belajar individuyang memiliki tanggung jawab utama untuk merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi usahanya.
c.         Clardy (1999) belajar mandiri merupakan suatu proses bagi mahasiswa untuk dapat memutuskan atau mengontrol langkah, arah dan keadaan belajarnya.
Empat dimensi dari belajar mandiri menurut Candy (1991) :
a.         Otonomi pribadi. Menunjukkkan karakteristik individual dari orang yang mampu belajar mandiri. Orang yang memiliki kemandirian adalah orang bebas dari tekanan internal maupun eksternal; memiliki sekumpulan nilai-nilai dan kepercayaan pribadi yang memberikan konsistensi dalam kehidupannya.
b.         Manajemen diri
Adanya kemauan dan kapasitas dalam diri seseorang untuk mengelola dirinya.
c.         Meraih kebebasan untuk belajar
Adanya kebutuhan individu untuk memperoleh kesempatan belajar. Orang dewasa memiliki kebutuhan untuk meningkatkan diri melalui belajar berbagai hal dalam kehidupan, baik formal, informal maupun non formal.
d.         Penguasaan pebelajar terhadap pembelajaran
Dimensi ini dihubungkan dengan pengawasan guru mengenai hal-hal yang dianggap menjadi porsi dari pengawasan guru yaitu tujuan belajar, materi belajar, kecepatan belajar, metodologi dan evaluasi belajar. Pendapat Della-Dora & Blanchard, dalam Candy, 1991, pengawasan pebelajar adalah porsi dari siswa adalah memutuskan tujuan belajar, memilih metode dan materi belajar dan mengevaluasi prestasi yang dicapai.

B.        Pendapat tentang Pembentukan Kemandirian dalam Belajar
1.         Kelompok pertama, kemandirian bersifat “unidimensional” (Candy, 1991). Kemandirian terbentuk melalui proses normal sesuai dengan perkembangan umur. Menurut hasil penelitian, sebagai lembaga PJJ terbesar di Indonesia UT memiliki kesiapan belajar mandiri rata-rata atau termasuk cukup.
2.         Kelompok ke dua, pembentukan kemandirian dalam belajar tergantung pada kesempatan yang di berikan oleh lingkungan terhadap seseorang. PJJ merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan belajar sekaligus sebagai lingkungan yang memungkinkan untuk melaih kemampuan untuk belajar mandiri.
3.         Kelompok ketiga, menyatakan kemandirian bersifat multidimensional (Candy,1991) dan dapat di kembangkan melalui berbagai cara. Artinya kemandirian dipengaruhi oleh banyak hal dan aspek yang berbeda. Seseorang yang mampu mandiri dalam bekerja belum tentu mampu mandiri dalam belajar.



Tiga karakteristik mahasiswa dewasa dalam belajar, menurut Moore (1983,1986) :
a.         Orang yang mandiri dan memutuskan untuk mengikuti program pendidikan untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka. Mereka mandiri dalam kehidupan dan juga mandiri dalam belajar karena telah berumur, namun ada kemungkinan mereka memutuskan putus sekolah jika mereka menganggap bahwa program pendidikan yang mereka ikuti tidak sesuai dengan kebutuhan mereka.
b.         Orang yang termotivasi belajar untuk memenuhi kebutuhan memperoleh ijazah formal untuk kepentingan peningkatan kehidupan mereka di masa datang. Mereka mungkin mandiri dalam kehidupan, tapi tidak mandiri dalam belajar.
c.         Mahasiswa yang menggunakan pendidikan untuk memenuhi kebutuhan emosional dan kebutuhan mereka untuk tergantung pada orang lain.
C.        Dinamika Kemandirian dalam Belajar pada Pendidikan Jarak Jauh
Pengembangan kemandirian dalam belajar tergantung pada berbagai hal seperti kebutuhan seseorang untuk belajar, interaksi dengan orang atau pihak lain, tindakan atau perlakuan yang diberikan oleh suatu pihak atau lembaga terhadap seseorang.
Dari hasil penelitian Andriani dkk dihubungkan dengan hasil penelitian Darmayanti, maka dijelaskan bahwa semakin lama mahasiswa mengikuti PJJ, akan semakin meningkat kemandiriannya dalam belajar dan tidak berbeda dengan kemandirian belajar mahasiswa tatap muka.
Kondisi kemampuan belajar mandiri berperan terhadap prestasi belajar mahasiswa. Menurut penelitian menunjukkan adanya hubungan yang positif antara kesiapan belajar mandiri dengan prestasi belajar (Darmayanti,1993; Islam, 2000; Sugilar, 2000). Ini berarti kesiapan seseorang untuk belajar mandiri memberi kontribusi terhadap prestasi belajar mahasiswa PJJ.





Peran Lembaga Pendidikan Jarak Jauh
1.        Tempat bagi orang yang memiliki kemampuan belajar mandiri tinggi untuk memenuhi kebutuhan belajarnya.
2.        Menyediakan lingkungan yang memberi kesempatan kepada seseorang untuk mengembangkan kemandirian dalam belajar melalui sistem pendidikan yang menyediakan berbagai materi yang dapat di pelajari secara mandiri dan melalui interaksi seseorang dengan lembaga PJJ.
3.        Menyediakan berbagai akses terhadap informasi bagi mahasiswanya dengan berbagai cara dan media.
4.        Memotivasi mahasiswanya sehingga akan tumbuh kepercayaan diri sebagai mahasiswa PJJ. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan keterampilan belajar.


















Aktivitas dan  Interaksi Mahasiswa PTJJ dalam Tutorial Online
Study kasus FISIP-UT
Santi Desviki
Rahmat Budiman

Pada Universitas Terbuka, kegiatan tutorial merupakan suatu kegiatan yang sifatnya suka rela, artinya mahasiswa tidak di wajibkan untuk mengikuti tutorial yang di tawarkan dan tidak semua mata kuliah di tutorialkan. Intensitas kegiatannyapun bervariasi tergantung permintaan mahasiswa dan kesediaan sumber daya manusianya.
           6 (enam) Model Tutorial yang dikembangkan dan dilaksanakan UT dari tahun 1999 menurut Belawati (2000) :
1.      Tutorial tatap muka
2.      Tutorial tertulis secara surat menyurat
3.      Tutorial tertulis melalui media massa
4.      Tutorial tertulis melalui surat elektronik
5.      Tutorial radio siaran dan
6.      Tutorial radio interaktif
Secara ringkas model tutorial ini di kelompokkan menjadi 4 (empat), alternatif yaitu :
1.      Tutorial tatap muka
2.      Tutorial tertulis
3.      Tutorial radio
4.      Tutorial online

A.     Tutorial Online
Tutorial Online adalah tutorial melalui internet dan atau melalui internet-faksimili. Tutorial online merupakan alternatif tatap muka yang selama ini dilakukan UT. Tutorial model ini digunakan UT sejak tahun 1999. Perangkat lunak yang digunakan UT adalah The Manhattan Virtual Classroom. Mahasiswa yang berminat untuk mengikuti tutorial online akan diberi identitas dan kata sandi pribadi sedangkan tutor di fakultas akan memberikan tugas.

1.      Tujuan penyelenggaraan tutorial online
Tujuan penyelenggaraan tutorial online adalah untuk memberikan alternatif dalam situasi yang menghendaki bentuk tutorial lain. Tutorial online memungkinkan mahasiswa untuk berkomunikasi dan berinteraksi dengan tutor dimana saja. FISIP berpartisipasi dalam penyelenggaraan tutorial online dengan menawarkan secara bertahap mata kuliah yang di kelola fakultas.
2.      Kondisi Program Studi
Kondisi Program Studi prodi di FISIP beraktivitas dinamis mengikuti perubahan yang terjadi, seperti penutupan prodi, perubahan kurikulum, pergantian penanggung jawab program atau tutor, dll.
B.      Perencanaan Tutorial
1.      Pemilihan mata kuliah yang akan di tutorialkan, dengan kriteria : jumlah mahasiswa yang meregistrasi mata kuliah, tingkat kepentingan mata kuliah dalam prodi, tingkat kesulitan mata kuliah, dan ketesediaan tutor di fakultas.
2.      Rekrutmen Tutor, di FISIP tutor adalah pengampu mata kuliah.Tutor merupakan tim yang terdiri dari dua orang atau lebih. Tutor mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh pusat penelitian media (P2M) dan memperoleh panduan penyelenggaraan. Tutor diberi identitas dan kata sandi, setelah pelatihan tutor di haruskan menulis inisiasi yang akan di kirimkan melalui internet kepada mahasiswa peserta tutorial online untuk memulai berdiskusi.
3.      Rekrutmen dan Registrasi peserta tutorial. Semua mahasiswa UT boleh menjadi peserta tutorial online selama mahasiswa yang di registrasinya ditawarkan dalam tutorial online, setiap peserta harus mempunyai identitas dan kata sandi.
4.      Sistem Penilaian dalam Tutorial Online, komponen yang dinilai terdiri dari partisipasi mahasiswa (aktif & pasif) dan penyelesaian tiga buah tugas yang di berikan.
5.      Biaya Tutorial Online; UT tidak memungut biaya kepada mahasiswa. Biaya sudah di tanggung oleh mahasiswa dalam bentuk biaya akses di warnet/langganan internet dan pulsa telephone.
6.      Sosialisasi dan Promosi, dengan cara : presentasi dalam orientasi mahasiswa baru, penyebaran leaflet UT online, penyebaran poster UT online kepada warnet, warposnet, penyebaran leaflet khusus mengenai tutorial dan presentasi pada pameran-pameran pendidikan.
C.      Pelaksanaan Supervisi dan Evaluasi
1.      Peserta ; tidak seluruhnya mahasiswa tetapi juga tutor dan staf administrasi dan P2M. Pada semester 2002.2 terjadi kasus beberapa siswa tercatat mendaftar lebih dari dua kali dan berkurangnya jumlah peserta yang mengikuti tutorial online
2.      Jadwal dan tempat tutorial; beberapa tutor yang memiliki sambungan internet di rumahnya, melakukan akses di rumah atau di tempat lain yang memungkinkan. Tutor yang sedang melaksanakan ijin belajar, mengelola tutorialnya melalui jaringan komputer  yang tersedia di kampusnya.
3.      Pelaksanaan; sebelum pelaksanaan tutorial online, FISIP mengadakan pertemuan dengan para tutor yang terlibat dalam tutorial online. Pada awalnya pertemuan hanya dihadiri oleh ketua jurusan, sekretaris jurusan dan ketua program studi
4.      Supervisi ; dilakukan secara bertahap oleh PUDEK III, dan PUREK III.
-          PUDEK III : memberikan informasi kepada para kajur, sekjur dan kapro pada awal pelaksanaan dan para tutor, memonitor pengumpulan inisiasi dan nilai ke P2M.
-          PUREK III : mengadakan pertemuan perfakultas untuk meminta masukan para tutor.
5.      Evaluasi ; evaluasi pelaksanan tutorial online persemester dan pada tahun 2002 mahasiswa termasuk aktif.





Penerapan Konstruktivisme
dalam Pembelajaran
Jarak Jauh
Siti Julaeha
Menurut teori konstruktivisme belajar adalah proses pembentukan makna. Individu dianggap belajar apabila individu sendiri membentuk pemahaman baru sebagai hasil integrasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan pengalaman yang baru diperolehnya. Teori ini mendorong penyelenggaraan PJJ untuk mengembangkan bahan ajar mandiri, tutorial, dan bahan evaluasi.
A.      Pembelajaran Konstruktivisme
Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil konstruksi atau bentukan kita sendiri, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita.
Menurut Richardson (1997) konstruktivisme adalah teori yang memandang belajar sebagai proses pemberian makna. Belajar adalah proses perkembangan berpikir untuk membentuk pemahaman baru. Proses belajar terjadi melalui proses adaptasi pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya untuk membentuk pemahaman baru.
Teori konstruktivisme menantang pendidik untuk mengembangkan proses pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk berpikir dan menemukan sesuatu melalui kegiatan eksplorasi sehingga mencapai pemahaman baru yang bermakna.
5 (lima) prinsip pembelajaran konstruktivisme menurut Brooks & Brooks :
1.    Penyajian masalah yang semakin bermakna bagi peserta didik;  masalah yang di ajukan hendaknya sesuai dengan kebutuhan sosial dan kognitif peserta didik. Mengajukan pertanyaan yang mendorong peserta didik untuk mengungkapkan hipotesa yang di milikinya akan membangkitkan minat belajar peserta didik.
2.   Pengorganisasian materi pelajaran sekitar konsep-konsep utama;  menuntut pendidik untuk menyajikan atau membahas materi pelajaran secara keseluruhan (holistik/utuh). Peserta didikakan berusaha memahami konsep yang di pelajari dengan cara menganalisis konsep tersebut menjadi bagian-bagian sehingga mereka akan melihat bagian-bagian tersebut dan memahaminya.
3.   Penggalian dan penghargaan terhadap pandangan peserta didik; menuntut pendidik untuk memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaikan pandangannya, menyatakan konsep atau pendapatnya dan merefleksikan konsep-konsep yang telah di kuasainya. Hal ini akan mendorong pendidik untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan kontekstual.
4.   Menyesuaikan kurikulum untuk mengakomodasikan anggapan peserta didik; adanya kesesuaian antara tuntutan kurikulum dengan kemampuan kognitif peserta didik. Bukan berarti dengan memperbaiki atau merubah urutan materi atau disesuaikan dengan keinginan/anggapan peserta didik. Akan tetapi pendidik membantu peserta didik membentuk hubungan antara pemahaman  yang telah di milikinya dengan pemahaman baru yang lebih kompleks.
5.   Menilai kegiatan belajar peserta didik dalam konteks mengajar;  menuntut pendidik untuk mengajukan pertanyaan yang terbuka, yang tidak hanya menuntut satu jawaban yang benar, sehingga mendorong peserta didik untuk membentuk pengetahuan secara individual. Pertanyaan dan tugas tidak di ukur seberapa benar atau salah hasil kerja peserta didik akan tetapi yang lebih penting pendidik mengamati berapa banyak dan bantuan apa yang dapat diberikan untuk membantu peserta didik menjawab pertanyaan/ tugas.
Berdasarkan prinsip diatas, Pannen (2002) mengemukakan komponen-komponen pembelajaran yang dapat di terapkan pada prinsip konstruktivisme :
1.   Tugas yang asli ; pemberian tugas diarahkan untuk menghubungkan atau mengaitkan pengalaman belajar dengan kehidupan peserta didik, mengorganisasikan konsep-konsep yang di pelajari dan untuk mendorong peserta didik melakukan penelitian atau kegiatan belajar tambahan untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya.
2.   Keterlibatan aktif peserta didik dalam belajar ; peserta didik akan mempelajari sesuatu apabila peserta didik tersebut terlibat aktif dalam kegiatan pembelajaran. Tugas  atau topik yang dibahas berkaitan dengan pengalaman peserta didik, pemahaman peserta didik terhadap konsep yang di pelajari akan lebih mendalam, yang pada akhirnya peserta didik akan menyerap lebih banyak konsep yang di pelajari.
3.   Pengetahuan tentang penerapan dan penggunaan secara kontekstual; dengan melihat kaitan antara pengetahuan yang telah dimiliki peserta didik dengan informasi baru yang sedang dipelajarinya. Pendidik juga mengembangkan pembelajaran yang menuntut peserta didik untuk menggunakan pengetahuan barunya untuk memecahkan masalah yang dihadapi peserta didik.
4.   Menggunakan masyarakat belajar ; proses belajar terjadi apabila peserta didik berinteraksi dengan lingkungannya, teman sejawat dan masyarakat sekitar yang berhubungan dengan peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa pembentukan pemahaman peserta didik terhadap suatu konsep di pengaruhi oleh konteks sosial.
5.   Pemahaman yang di presentasikan dalam keragaman ; alat ukur yang di gunakan bervariasi untuk menggambarkan pemahaman peserta didik secara bebas mengekspresikan  pemahamannya.

B.   Penerapan Prinsip-prinsip Pembelajaran Konstruktivistik dalam Pendidikan Jarak Jauh
Dalam kaitannya dengan pembelajaran jarak jauh, pengajaran yang dilaksanakan oleh pendidik tergambar dalam pengembangan bahan ajar, bantuan belajar (tutorial), dan evaluasi.
1.   Pengembangan Bahan Ajar
Bahan ajar yang dikembangkan dalam PJJ dirancang untuk belajar mandiri, dirancang secara khusus agar peserta didik dapat belajar mandiri.  Paket bahan ajar terdiri dari bahan ajar cetak dan non cetak. Bahan ajar yang dikembangkan hendaknya dapat di cerna, komunikatif, jelas, mampu melibatkan proses berpikir peserta didik, serta memungkinkan peserta didik dapat mengevaluasi tingkat penguasaannya secara mandiri.
Menurut Rowntree (1990), ada beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam pengembangan bahan ajar, yaitu sasaran belajar, tujuan pembelajaran, materi dan urutannya, metode dan media yang di gunakan, dan evaluasi.


Tiga komponen utama dalam bahan ajar, yaitu :
a.      Pendahuluan ; merupakan pembukaan pembelajaran dalam bahan ajar mandiri.
Menyiapkan peserta didik memasuki kegiatan inti pembelajaran serta membangkitkan motivasi dan perhatian peserta didik  dalam mengikuti pelajaran. Kegiatan yang dilakukan: mengemukakan tujuan dan materi yang akan di bahas, mengajukan pertanyaan, mengaitkan materi yang akan di bahas dengan pengetahuan atau pengalaman peserta didik, dan mengajukan ide yang bertentangan.
b.      Sajian Materi ; berisi uraian materi yang di sertai dengan contoh, ilustrasi, serta latihan. Uraian materi berisi paparan tentang materi yang berupa konsep, prinsip, data, dalil, teori, nilai, prosedur, dan keterampilan yang di sajikan secara naratif atau piktorialberfungsi untuk mendorong dan mengkondisiskan tumbuhnya pengalaman belajar peserta didik. Materi hendaknya sesuai dengan kemampuan peserta didik, benar, terkini, di sjikan secara logis,sistematis, komunikatif-interaktif, tidak kaku serta menarik. Penerapan dan penggunaan secara kontekstual, sajian materi dapat dilengkapi dengan kasus-kasus atau contoh dan ilustrasi yang lebih bervariasi sesuai kebutuhan peserta didik. Untuk latihan atau  tugas diberikan untuk memantapkan pehaman peserta didik terhadap materi yang di bahas. Jenis latihan atau tugas yang di berikan tergantung pada tujuan belajar yang harus di kuasai peserta didik.
c.       Penutup ; bagian penutupan dikembangkan untuk memantapkan pemahaman peserta didik terhadap informasi yang di pelajari dan untuk mengidentifikasi tujuan belajar yang telah dan belum di kuasai oleh peserta didik. Bagian penutup bahan ajar terdiri dari rangkuman dan tes formatif.
2.   Tutorial
Adalah salah satu jenis bantuan belajar yang disediakan untuk membantu peserta didik berhasil dalam proses belajarnya. Inti dari kegiatan tutorial menurut Wardani (2000) adalah interaksi atau komunikasi antar tutor dan tutee. Interaksi atau komunikasi ini dapat terjadi secara tatap muka dan jarak jauh.
Tiga jenis tutorial menurut Homberg (dalam Wardani,2000), yaitu Tutorial Jarak jauh, terjadwal di pos-pos belajar di daerah, dan residensial (tatap muka).
Tutor memiliki tanggung jawab memberikan balikan terhadap hasil kerja peserta didik, mengajar, dan membantu peserta didik mengembangkan keterampilan belajarnya (Race,1990). Pembahasan materi bahan ajar dalam kegiatan tutorial diarahkan pada penguasaan peserta didik terhadap pengetahuan baru secara komprehensif melalui partisipasi aktif dalam proses belajar, merancang kegiatan tutorial yang menuntut peserta didik untuk mempraktekkan atau melakukan pratikum atau memecahkan masalah dengan menerapkan teori atau konsep yang di pelajari. 
Meningkatkan motivasi dan kemampuan belajar mandir merupakan salah satu fungsi tutorial dalam PJJ. Untuk mengukur pemahaman dan pengetahuan peserta didik selama kegiatan tutorial, tutor melaksanakan evaluasi, sehingga tutor dapat mengetahui apa yang telah dan belum di kuasai peserta didik, mengetahui kelebihan dan kelemahan, dengan demikian memberikan balikan agar peserta didik dapat memperbaiki atau meningkatkan strategi belajarnya.
3.   Evaluasi
Dua jenis evaluasi yang dilaksanakan, yaitu formati dan sumatif . Evaluasi formatif ditujukan untuk perbaikan pembelajaran, dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung. Alat yang di gunakan adalah tes tengah semester (atau tugas mandiri di UT), praktek dan pratikum. Sedangkan evaluasi sumatif di tujukan untuk mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi yang di pelajari, dilaksanakan pada akhir semester dan akhir program. Ujian akhir semester, ujian praktek, ujian pratikum, dan laporan penelitian atau karya ilmiah dilaksanakan setiap akhir semester. Untuk penentuan kelulusan peserta didik dalam suatu program dilakukan melalui ujian komprehensif, yang dirancang bersifat problematik, komprehensif dan terbuka (open -ended).
Alat evaluasi di kembangkan berdasarkan tujuan pembelajaran dan karakteristik materi. Dari tiga domain kemampuan (Bloom) kognitif, psikomotorik dan afektif dilakukan evaluasi yang berbeda. Kemampuan kognitif dan psikomotorik sudah dapat di laksanakan dalam PJJ sedangkan evaluasi terhadap sikap dan nilai ( afektif ) belum dapat dilaksanakan, meskipun dapat dilaksanakan dalam tutorial.

Sumber:
Asandhimitra, dkk. 2004. Pendidikan Tinggi Jarak Jauh. Jakarta:Universitas Terbuka